Kamis, 11 Juni 2015

(F)antasi & (D)estinasi

selamat subuh gaes,
maaf mengganggu tidur nyenyak kalian, mungkin saat ini kalian masih menikmati mimpi indah kalian, mungkin juga kalian ada yang menikmati mimpi sampai basah *(jangan ngeres dulu, yang di maksud ngiler), tapi ada hal yang di kepala gue dari kemarin yang harus gue keluarin secara paksa, biar agak tenangan dikit sih maksudnya.

oke,
mungkin gue hanya perlu mengulang beberapa, melupakan beberapa, dan menambahkan beberapa hal di kehidupan gue sekarang. ada saat dimana gue ngerasa sesuatu yang pernah ada terus hilang, itu muncul lagi tapi masih samar. gue cuma bingung dan mulai bingung dan sampai kebingungan sama perasaan ini. alaminya seorang manusia akan memiliki respon setelah melihat sebuah objek. tapi kali ini teori gue itu ga bekerja sama apa yang gue alami. gue menerima respon dari diri gue sendiri setelah gue menjalin kontak pada objek yang gue sendiri belum tau bentuknya seperti apa.

haaah,
mungkin cukup melabilkan, tapi namanya juga perasaan bro, beda sama perasan jeruk. untuk di kategorikan galau, gue menyangkal mengalami itu, karena saat ini gue masih baek - baek aja, ga kayak abg labil yang gonta ganti status ga jelas, ngerubah poto profil hitam, ngerubah nick name jadi titik, terus muterin lagu lagu cinta yang liriknya aja juga kadang ga jelas. gue bukan sedang melakukan itu, hanya saja gue enggan untuk mengakui gue suka. karena gue bakal bercerita tentang destinasi dan fantasi,

d = dunia,
(d) adalah (d)unia, tempat tertapaknya kaki dengan tanah, jika (d) adalah (d)unia yang menampung berbagai ciptaan tuhan dan bertahan walau mulai tersakitkan dan tak terdengar berteriak kesakitan, maka (d) akan merasa suatu hari dimana semuanya menua dan terlihat batas untuk berakhir, karena (d) akan berhijrah untuk (d) dalam sebuah (D)estinasi yang baru dan memilih untuk berlabuh.

f = firasat.
(f) belum seperti yang diri ini ingin, karena (f)irasat memaksa jiwa untuk menunggu, bertiti dalam nantian dan berdiri sendiri dalam pijakan bertaman halaman sepi. (f) masih saja menjadi (f)irasat dalam hati yang belum kuat, yang sekali lagi maksa diri harus menanti. meski diri harus menanti hingga (f)irasat ini terbenahi dan tampak seperti fajar matahari, akan tetap ada cerita selama hati menunggu "ku" untuk sebuah (f)irasat, berharap dalam doa mengubah (f)irasat jadi hal mengagumkan seperti menciptakan (F)antasi dalam malam hingga langit yang lelah membuat hitam awan. dan mengobati luka bekas tertusuk dalam anak panah kecewa.

"aku" ingin menjadi satu dalam kehidupan, agar menjelajah dalam (D)estinasi  untuk mencari sebuah (F)antasi, dan mencoba membuatnya agar tak mudah pudar dan menjadi (D)estinasi penuh (F)antasi yang membawa ku lepas, tersenyum, berhenti untuk melamun. memeluk dan berhenti mengecap diri harus sendiri, berharap (F)antasi yang nyata dari (d)unia ini.

dan gue masih bercerita, tentang harap dan semoga.
semoga ini membantu tidur gue malam ini.

selamat subuh gaes.....

Selasa, 09 Juni 2015

saat ini (catatan palsu)

jika terlalu pahit untuk di telan, maka seruput lah dengan perlahan.
sebuah perasaan tidak akan bisa di bohongi, meski sang pujangga menulis bait berbeda dalam puisinya. mungkin terlalu dini untuk terhanyut dalam rasa gembira bahwa sebuah perasaaan akan kembali pada tuannya. namun sering terperangkap pada situasi yang selalu tak bisa untuk di kenali dan di kendali.

aku bukan seseorang yang baru dalam ke hidupan ku, meski beberapa kali aku memcoba untuk beralih dan berubdah dari sini, beranjak ke berbagai sisi, dan berdalih untuk belajar lupa dan tersisih. mungkin karna sebuah objek yang berbunga, atau sebuah bibit yang mulai mekar tunasnya. atau sebuah perasaan yang tak pernah ku ingin untuk ada. 

terlalu dini untuk mengatakan cinta, atau sebenarnya aku takut membuka langkah dan terjebak dalam realita. saat ini tak baik untuk mengakatakan duku karna terlihat bahagia di tiap bertemu dalam hurufnya. hanya saja kenapa? tulisan ini takan bisa mengungkap apa lagi memberi isyarat untuknya.

aku pernah gagal, pada mahluk sejenis dirinya, wanita sebutan untuk yang terlahir mahir di dunia. dan saat itu membuat aku memaksa lupa caranya memulai sebuah perasaan yang tersulut lewat yang mereka sebut cinta. aku hanya tak suka jika itu merobek selendang nyaman yang ada di leherku. ini membuat ku terganggu.

wanita selalu hebat dan berhasil meninggalkan si pecundang yang berdiri di depan cermin ku. atau aku sedang menghayal akan dunia tempat aku terlena dan terlalu luas melang-lang buana, 

sekali lagi,
aku tak tau sejauh mana kacau tulisan ku,
dan ini semakin membuat ku ragu, tentang kembali atau berjalan di atas tepi yang akan mudah jatuh tertiup cemburu.
pemikiran ku semakin gila, semakin lama kosong karna terpaksa kuat walau hati sudah menyerah. ditinggalkan bukanlah satu hal yang membanggakan terlebih dengan kata "kau tak terlalu menyenangkan" kurasa cukup untuk membuat ku sadar, baik bukan lah suatu kebanggaan, tapi kesenangan adalah suatu kebutuhan aku masihlah si bodoh yang terlalu melan kolis, berharap perasaan kisah dunia nyata semewah cerita asmara "galih dan ratna".

kembali pada realita, aku masih pecundang,
yang kalah dalam perbedaaan kasta, yang akan tersisih lewat kejam audisi para pemilik kuda mewah dan mereka yang memilih untuk jadi tuan putri berbonceng raja dan berleha dalam istana. tidak ada yang salah, mereka tetaplah mereka. yang punya titah sendiri dalam meratap nasib hidupnya.

dan jika ku lanjutkan,
hanya akan terjadi lagi. lantas sampai kapan aku akan jadi pecundang, yang kalah dalam medan juang bukan karna karna strategi? atau aku hanya veteran yang tetap jadi sampah dan bungkam ketika koalisi dan materi jadi harga mati dalam meraih mimpi?

saatnya tertawa, dan berkata, aku hanya akan kalah lagi.

Kamis, 04 Juni 2015

NYASAR BESAR (PART II END)

          ini merupakan lanjutan dari tulisan gue sebelumnya, bagi yang belombaca silahkan klik dimarih (NYASAR BESAR PARTI)
 ===============================================
 ini dia yang kalian tunggu, part II nya sisksaan hidup gue),
 
            Dan gue beneran udah sampai di lanud sutan hasanudin makasar, gue panik gue beneran panik, mulai lemes dan duduk, secara itu masih jam dua pagi, masih panik gue, gue mulai kentut-kentut lagi, tanpa sadar tangan kiri gue juga mulai garuk-garuk dan sekarang tangan kanan gue mulai bantuin kiri gue buat garuk garu, dan kemudian gue cium *eh. Gue masuk kedalam bandara lagi, kerecepsionis, securiti atau SC, gue tanyak kenapa gue salah naik pesawat dan ternyata emang salah naik pesawat, gue cobak untuk tanyak baik-baik, dan gue ceritain kenapa gue bisa sampek di makasar, sedankan di tiket gue jlas tertulis bandara surabaya, bukan makasar. Mereka bilang itu kesalahan gue, tapi gue ngotot,”mas bukanya sebelum naik pesawat itu tiket keberangkatannya di periksa ya di tiap gate nya? Nah pusa saya kok bisa salah ya” gue cek cok sampe akhirnya gue bilang “saya mau jumpa sama pihak maskapai dong, ini kesalahan fatal”  trus dia bilang itu kesalahan bandara disana bukan disini, itu kesalahan gue juga kanapa gue ga teliti, bukanya gue ga teliti, taoi emang gue ga pernah naik pesawat sebelumnya jadi ya ga tau tentang kebarangkatan pesawat itu gimana, akhirnya gue di seret keluar, sampek di luar gue Cuma ga tau mau kmana? Gue jalan keluar ga tau kemana arah tujuan gue. Sampek gue kepikiraan buat ndirikan tenda buat tempat gue nginep malam itu, masih di areal bandara, gue dirikan tenda, gue tidur, dan untungnya gue tertidur pulas sampek akhirnya matahari bangunkan gue dengan suara pesawat yang bising. Dan cobaan inti cerita ini dimulai.

“langit yang biru dan cerah itu bukan tentang indahnya dunia, tapi tentang seberapa lama gelap malam menguasainya”

            Pagi, gue beresin semua yang terpasang hari ini, sambil berfikir jalan apa lagi yang bakal gue tapaki kali ini, semua di luar batas pemikiran gue, dan sempat teringat bisikan mimpi untuk pasrah. Kembali ke diri gue, gue benci pasrah, terlalu naif, tapi itu lah cara gue mncoret setiap yang rapih dan teratur dalam hidup gue dan masih tentang kata-kata mas rifki “karna puncak adalah bonus, maka pulang adalah jalan” dan ini jadi motivasi gue, walau saat itu gue ga tau artinya apaan. Yang terfikir Cuma menghubungi semua temen kerabat, saudara, keluaci emak bapak gue (gue ga bilang kalo mau berangkat ndaki rinjani, mereka taunya gue pelatihan di berastagi tanah karo). Semua udah gue hubungin, dan hasilnya nihil. Nol besar, dan kaki gue masi aja melangkah, ga tau arahnya kmana, tapi tak bisa di hentikan, masih saja ingin berjalan. Di kontak hp gue, kecuali emak dan bapak, tinggal 1 nama yang belum gue hubungin, mas rifki pun ga bisa bantuin gue, karna sampainya di jakarta dia kecopetan daypack nya dan dompet serta atm ludes di copet. 

            Nama itu mecka, cewek asal tanggerang yang pake kaca mata, yang pagi itu ngasih gue segelas jamu brotowali di puncak rinjani. Dan gada sedikit pun niat buat minta tolong kedia, segan mungkin alasan yang tepat, karna kami berdua Cuma berkenalan di atas gunung, dan 5 kata yang gue ucapin ke dia, nama aku dana, ya, makasih. Masih saja kaki ini berjalan dengan celana pendek, beralaskan sepatu tracking semi boot, dan kaos orange bertuliskan “awembawe” gue jalan sampai mas rifki sms “braii, lu ke pantai losari aja, ntar temen gue dateng nyamperin lu, gue ga bisa bantu buat ongkos pulang lu, tapi mungkin temen gue bisa kasi tumpangan tempat tinggal lu untuk di sana sementara, hati-hati boy gue tunggu di surabaya” yaudah ga mikir lagi gue tanyak ke sopir truk yang lagi ganti ban arah menuju ke pantai losari, kebetulan dia searah ke sana tapi ga sampek di losarinya, yaudah gue nebeng truk box itu, mas itu bilang, ntar setelah turun gue di suruh naik kendaraan umum ke sana Cuma 15menit. Setelah gue turun dan mengucap terimakasih, gue jalan, untungya gue udah di kasih mini peta di kertas sama mas sopirnya tadi, jadi gue ga mesti naik angkutan umum. 45menit lebih gue jalan dan sampek di pantai losari, gue cari tempat duduk dipinggir pantai yang ada benteng-bentengan di bawah pohon. Gue milih jalan karna uang di kantong gue tinggal Rp.213.200, Gue mencoba menikmati suasana, suara ombak, terpaan angin, kemilau air laur yang memantulkan cahaya matahari. Tapi tetep aja ga bisa, gue malah nangis inget emak gue L, dan tetep aja nangis rindu rumah rindu kos rindu keluarga, rindu tikus, rindu vespa, rindu semua. Secara disini gue sendirian ga kenal siapa siapa. Airmata gue tetap keluar, meskipun gue menyangkal, karna gue percaya “yang di tunggu ketika seorang bayi lahir kedunia adalah tangisnya, karna tangisan adalah bukti bahwa manusia hidup”.

            Gue ambil hape gue, gan gue telpon nomer yang dikirim mas rifki ke gue, berharap bisa di hubungin. Setelah nyambung dan telpon gue di angkat terdengar suara “wusshhhh wusshhhh masih jauh lagi, awas jangan injak rem dulu, oy oy kejepit ini”, gue jadi bodoh dan terbengong denger suara itu, hilang deh suasana haru nangis nangisan tadi “ayok cepetan, eh itu cewek pake bikininya tanggung amat, dadanya juga kecil banget” gue liat lagi hape gue sambil ngomong “asemm, ini beneran orang nya gak ya” gue ngomong,”halo bener ini temenya rifki?” dia ngejawab masih ada suara angin gtu “wusshh wussh, tunggu di depan pondok es teler 77 aja” tut tut tut, telponya mati, gue jadi senyum sendiri, yaudah gue cari tempat yang dia bilang, akhirnya gue sampek dan gue ngeliat dua orang cowok pake baju kotak kotak sambil naik vespa, yang satu botak yang satu afro afro gtu, dia sambil ngoceh ngoceh ga jelas gtu sambil mengang hape, tiba tiba hape gue bunyi deh “iya halo, kamu temen rifki yang dari medan kan? Kamu dimana dan pake baju apa?” aku jawab aja “iya aku temen rifki, pake kaos kuning yg tulisannya awembawe” si kribo afro ngeliat, “oh kamu temen rifki ya” “iya mas aku temen rifki”  ternyata si kribo dan si botak temenya si rifki, astaga, kamu tenang aja kita kawan karib rifki, ayo kita ke kos aku aja, ga pikir panjang atau curiga, gue bonceng tiga deh naik tu vespa sambil gendong ransel. Ga ada ngomong apa apa selama di jalan, ternyata gue udah di tunggu sama anak anak reage dan vespa di kosan si botak, widih gue di bawak kesekret mereka, si botak namanya yaseh dan si kribo namanya dion. Situ gue mulai ceria , gue kenalan sama orang di situ semua, gue kayak udah di anggap kawan lama, ga ada batasan atau pembeda kami di situ, dan yang gue rasain Cuma kayak keluarga. 

            Si dion nanyak, knapa gue bisa nyasar yaudah gue ceritain aja. Panjang lebar gimana nyasarnya gue, Trus dia bilang aku ada maki maki atau ngelempar bandaranya pake batu ga, aku Cuma jawab “gue Cuma lempar pake wester aja” mereka aneh dan nanyak “apaa lagi itu wester? Balok atau alat gear out door?” maklum saja mereka kan orang jauh dari kampung aku, “wester itu WC terbang, jadi aku boker di dalam pelastik, trus plastiknya aku lempar ke tempat parkiran mobil” mereka ketawa gtu dengernya. Terus kami cerita sambil ketawa-ketawa gitu, sampek malem gitu gitu terus gada capeknya gitu gitu *(kenapa banyak gitu-gitunya??.
Besok kali ya,

Besoknya gue minta cerita rencana gue pulang, karna gue ngerasa terdampar, mereka jelasin mereka ga bisa bantu apa apa karna mereka juga orang susah, yaudah aku Cuma bilang “ini kamera sama perlengkapan kemping aku, tolong jualin bang, aku Cuma perlu tiket makasar sampek jakarta, karna di jakarta tiket kepulangan kemedan udah di cancel dan di bantikan tanggal kepergianya,” mereka sempet nolak dan mau usahain nggalang dana gtu, karna menurut mereka situasi langka ketika anak pecinta alam dari sumatera berkenan bertamu di sekret mereka *(iya kali ya bertamu, yang ada malah kesasar wkwk. Dan aku masi teringat kata si rifki “karna puncak adalah bonus, maka pulang adalah jalan” dan itu buat aku semangat buat nanyak artinya ntar waktu aku sampek di surabaya.

            Akhirnya bang dion bawak perlengkapan gue yang mau di jual. Dan siapa yang sadar kalo semua foto dan memori blom ada gue back up, dan kejual gtu aja, gue sadarnya pas udah nerima tiket n sejumlah uang gitu. Malam terakhir di makasar gue di ajak jalan keliling untuk liat indah losari dimalam, guer ter belalak *(kebengong keles. Melihat losari dimalam semua kegundahan gue mulai ilang, banyak cerita malam ini yang gaakan bisa gue lupain. Bener bener ga bisa untuk di lupain terlebih ada bule gile, masak iya malam malam di pantai ga pake atasan, huehehe itung itung cuci mata wkwk. Ga Cuma satu. Ternyata ada beberapa, bukan Cuma bule aja, ternayata ada kambing juga di pantai, eh itu kambing kan? itu kambing ngapain cobak malam malam keliaran.

            “malam mulai larut, siang mu yang menggangu akan gantikan pagi cerah lewat gelap malam ku”

Pagi udahan, masih males aje buat mandi,
Gue siap-siap untuk berangkat ke bandara, dan di antar naik vespa, sayang nya bang dion dan anak anak yang lain ga bisa ikutan, karna itu hari kerja, Cuma si yaseh yang nganter ague buat balik, dia bilang anak anak yang lain titip pesan, “ntar kalo kami kesabang, ikutlah sama kami jadi navigator, dan jangan takut untuk balik ke makasar” gue peluk dia trus gue ucapin salam perpisahan.
Selamat tinggal makasar, perjalanan panjang ini ada karna takdir tuhan, di pesawat yang gue ucap dalam hati “kangen mamak, kangen keluarga, kangen pacar” *(maaf gue ngelindur, gue kan jomblo buncis. Setelah melewati transit, akhirnya gue sampek di polonia, jadi gembel, cumaa bawa tas daypack kecil yg isinya dompet sama buku selembar sama ranting yang di kasih si rifki. Gue terus cari angkot dan sampek di binjai. Dengan semangat “karna puncak adalah bonus, maka pulang adalah jalan”

Berat badan gue turun 8kg, mungkin faktor stress, dan kabar buruknya, gue baru inget kalao memori gue lupa di copot dan gue ga punya back up potonya. TIIIIIIDAAAAAAAAAAKKKKKKKK.

            Sampeknya dirumah beberapa hari, gue ngubungi mas rifki dan ngucapin terimakasih karna udah di bantu dari temenya dia, terus gue tanyak deh tentang perkataan dia yang “karna puncak adalah bonus, maka pulang adalah jalan”, terus dia jawab “oh itu ya braii, ya emang iya. Kalo puncak adalah hadiah tambahan, maka pulang adalah jalan, ya maksudnya kita pulang ya jalan, jalan kaki loh, mana ada angkot dari puncak kebawah braii” denger penjelasan dari dia, kalo kata kata nya itu makna nya ga ada, gue terbodoh sambil bilang “salah fokus lagi gue”.

Nb:
jangan naik pesawat kalo penjaga gatenya cewek, jangannnn, nanti nyasar kayak gue, apa lagi yang belahan dadanya nampak. Ntar dosa.

NYASAR BESAR (PART I)

         “Saat harapan memudar, saat semangat yang berkobar kini tinggal menunggu padam, kamu muncul bagai sekilat cahaya yang tak urung redup”.

Assalamu’alaikum warrahmatullah.

gimana kabar kalian semua guy’s, kayaknya masih ada yang galau yak, tapi gausah khawatir mungkin di tulisan gue kali ini bisa sedikit mengalihkan frustasi kalian kedalam fantasi  yang masi dalam format yang sama dengan surat lamaran , cv, ijazah terakhir, poto copy ktp dan juga pas foto terbaru, eh loh *(bukannya itu untuk ngelamar kerja ya, buat ngelamar kamunya kapan wkwk.
                Gue mau ceritain pengalaman gue ngejalanin perjalanan panjang gue kesasar dan ini pertamanya gue juga nyasar sampek keseberang pulau, wah pokoknya sampek jadi gembel deh. Asli pertama kali dalam sejarah gue kangen sama kamar gue dan tikus-tikus yang biasa  balapan di sudut-sudut kamar, nyamuk-nyamuk serta kecoak dan semut.

            Jadi itu tanggal 12 maret tahun kmaren, gue lagi mau terbang ke surabaya via polonia medan *(kmaren sih masih polonia sebelum beralih ke KNIA. Jadi sampeknya di bandara surabaya *(stop!!! Gue ngapain kesurabaya. Oke kita flashback  deh... beberapa minggu sebelum berangkat gue punya rencana buat ngetrip atau mendaki gunung yang gue anggap sebagai surganya pendaki pada saat itu yaitu TNGR atau yg sering kita panggil mbak jani, eh, ga ga maksudnya gunung rinjani. Sebenernya sih alasan gue pengen kesana itu simple, jadi dulu tu yah waktu gue masih kerdil kerdil gtu *(bukan tuyul ye. 
            
            Gue di kasih uang dengan nominal yang cukup besar untuk seorang anak kampung yang kadang buat buang ingusnya aja masih pake kerah baju. Dan itu pertama kalinya gue dikasih uang dengan nominal yang cukup buat gue ngerasa tajir pada saat itu hehe, alihkan semua itu kita langsung ke intinya, jadi di uang kertas itu ada gambarnya *(yaiyalah ada gambarnya emang uang kuaci kuacian apa gada gambarnya. Jadi gambarnya itu gambar yang cukup aneh buat gue ada gunung api ditengah-tengah sungai, yang gue pikir pada saat itu, ini yang gambar diuang bodoh amat yak katanya gunung berapi tapi ditengah sungai, salah nih ini namanya gunung berair bukan berapi. Wkwk lu bayangin aja deh itu gunung berair gimana, itu kayak orang yang bulu idungnya panjang-panjang trus kenak demam , pilek, ingusan trus pas mau ngomong ga sengaja ingusnya tersentak keluar *(uekk maaf maaf gue ga mau lanjut bayangin. Tapi itulah yg gue pikirin, nih yang gambar pasti ga tau gunung itu di darat. Tapi setelah gue beranjak membesar, anu, akhirnya gue tau kalo itu segara anak *(nama danau bukan yang aneh aneh deh, dan gunungnya adalah gunung rinjani. Eh gue ada quiz nih siapa yang tau “uang keluaran tahun berapa dengan nominal berapa yang bergambarkan gunung rinjani beserta danau segara anak” yang tau langsung komen ya. Setelah gue tau dan baca sinopsis tentang rinjani kayaknya gue bakal jatuh cinta, ketika orang melirik semeru sebagai surga karna film 5cmnya, gue jadi jatuh cinta sama rinjani *(ni kalo ibarat cewek widiiiiiihh pasti cakep bener nih becek becek gimana gitu, becek air danau, jangan ngeres lu pade.

                Oke, gue memutuskan buat kesana, rinjani gue dateng. *(oke selesai flashbacknya. Gue  sampek di surabaya, kebetulan gue punya  kenalan , namanya mas rifki *(hei mas semoga lu ga baca posting gue karna gue bakal nyeritain sempak lu yang jadi saringan teh :v. Karna sebelunya gue udah cerita sama mas rifki tentang tujuan gue, dan kebetulan juga mas rifki ikutan buat menyetubuhi si rinjani secara masal *(kasian banget rinjani semoga jadi gadis yang baik “lah”. Setelah  8 jam perjalanan sampailah gue di dermaga untuk buat nyeberang ke NTB atau lombok lah. Yaudah deh setelah menjadi seseorang yang menjadi jelek di kapal *(gue muntah-muntah. Oke langsung aje ya.
Jadi nih ceritanya gue udah sampek di pintu gerbang pendakian alam hutan senaru, nih disini nih yang gue demen, pasalnya mas rifki di ajakin bicara sama dua orang cewek asal turqi, tapi setelah gue memperhatikan pembicaraan mereka yang gue juga ga tau artinya apaan, gue liat mata mas rifki kok nunduk yak, astaga mas rifki nguntit belahan dada tu cewek, tapi emang iya sih wajar malah, soalnya tu baju cewek ada tulisannya “mountainer at here” wkwk, asli gue, juga ikutan nguntit. Setelah panjang cerita akhirnya gue bisa berangkat dengan nyaman berjalan kaki masuk senaru, selangkah demi selangkah bersama keinginan gue yang besar dan selangkangan demi selangkangan yang lecet karna salah pake celana dalem, eis janga salah gue pake clana dalem merek mahal “aple” lubayangin aja gadgetnya aja mahal.
                Ternyata sampai di pemberentian atau camping ground pertama, karna ga mau terlalu banyak buang tenaga gue n mas riki lansung mendirikan tenda untuk kami bermalam.  “Malam tlah datang, gelap yang tertata kembali pudar di terang taburan bintang di kayangan” itulah yang gue bilang ke mas rifki yang ternyata juga seorang penulis free lanch. Setelah cacing gue kenyang dan mata mengantuk, gue akhirnya tidur sambil sedikit was was karna perut yang mulai resah. Tiba-tida gue kebangun dan kebelet boker, mungkin karna masuk angin, tapi pas mau buka pintu tenda, eh tu perasaan boker ilang, gitu gitu aja terus sampek gue paksaain tidur, eh tapi pas badan baru telentang  gue kentut, dan asli itu bau kayak kulkas yang isinya penuh trus di biarin mati selema satu minggu, gue pura pura tidur aja karna gue kentut “silent mode” alias tanpa suara. Eh ga taunya mas rifki kebangun tuh trus ngomong “hmmm, brai brai, lu kentut ya, buka gih pintunya bisa mati gue nih, braiiii bangun lu jangkrikkk” mas rifki yang masih setengah sadar. Trus gue dengan suara yg agak gue tahan ngejawab “ga kok mas, kan gada suaranya, lu jangan asal nuduh aja mas, bukanya lu tadi yang banyak makan ya” sambil nutup muka biar ga ketauan ketawanya. Senyap tanpa suara, beberapa menit kemudian gue liat, eh buset ni manusia apa kukang sih, dia malah tidur, hebat nih idungnya.

                “pagi cerah ini suguhi ku dengan jingga di fajarnya, memaksa untuk tetap membuka mata hingga cahayanya hangatkan wajah dan menyapa, selamat pagi dunia”

            kami packing untuk mengejar ketertingalan kami, jalan jalan dan terus berjalan semuanya fokus sampek mas rifki ga sengaja kentut dengan suara yang “pruiiiiiuuuuuuuuuut” sunyi pun terpecah dan beberapa orang yang bersama kami ketawa dan senyum semua, mas rifki Cuma ngeles “maaf ya tadi siulnya pelan pelan, ga sengaja pasang sound sistem hehe” haha mas rifki masih aja senyum senyum, dan kami bermalam lagi. *(singkat cerita nih ya, soalnya udah capek ngetiknya udah ngantuk juga.
Gue sampek di puncak, itu menjelang senja di hari ketiga, mungkin terlalu lama, tapi kata mas rifki “kita bukan mengejar puncak, karna puncak cuma hadiah tambahan” aku Cuma terpukau melihat segara anak dengan pantulan jingga yang berkedip. Mungkin ini yang aku dulu bilang gunung berair, aku Cuma duduk dan saat itu Cuma mas rifki yang mendirikan tenda. Sampai matahari di telan barat, aku masih duduk diam di puncak timur sambil terpesona. Malam mulai gelap, saatnya masak dan makan nih. Yang gue lihat Cuma beberapa tenda yang berdiri, ga sebanya di puncak sebelah utara, di sana terlihat banyak warna warni lampu tenda yang makin membuat gue tahluk takjub dengan pemandangan ini, sayang, gue nikmatinya sama mas rifki bukan pacar gue *(maafin donat, dia ga punya pacar. Dan ternyata, cieeeeee mas rifki lagi pede kate sama mbak mbak yang ketawa karna kentutnya tadi siang, gue triakin aja “mbak jangan mau sama dia, suka kentut sembarangan dia mbak. Cieee mas rifki kentutnya manjur ciee” gue Cuma ngakak. Sambil dalam hati “anjir si rifki muka jerawatanya laku juga di rinjani” ternyata ke awesome an gue ga berlaku disini, jadi jones lagi deh. 

            “Malam mulai larut, saatnya sang rembulan ingatkan kami untuk tarik selimut”.

Subuh gue kebangun, emang di sengaja bangun jam segini karna mau shalat subuh dan ngeliat matahari terbit, tapi gue lupa kalo gue udah hijrah waktu bagian, alias jam gue telat satu jam lebih, *(yaiya lah, secara medan itu di WIB waktu indonesia barat dan rinjani waktu indonesia tengah agak ke timur dikit hehe. Wiwidih ternyata, kabut yang ada -_- asap dari segara anak nutupin sunrise hari ini, dan karna waktunya masih memungkinkan, akhirnya gue shalat subuh deh.
Dua hari di puncak , dan saatnya untuk pulang.. 

            13 jam perjalanan mengitari savana melingkupi hamparan kehijauan dan coklat sembalun, dan menikmati indahnya lombok dari ketinggian, “indah megah karya nyata sang pencipta, dan aku yang kecil hanya bisa menjaga dan memelihara untuk dapat menikmatinya secara sengaja” sungguh kagum gue ga ilang-ilang disana, sampai gue di pemukiman warga, saatnya berpamit dan menuju bandara terbang terdekat. Dan gue masi aja  terperangkap sama kata-kata mas rifki di perjalanan turun itu “karna puncak adalah bonus, maka pulang adalah jalan”, itu masih saja membuat gue terkagum dengan kata katanya. 4 jam perjalanan naik mobil pick up ke bandara internasional lombok, kabupaten lombok tengah, gue jabanin. Ternyata isi pick up nya kotoran kambing yang udah di karungin, alhasil sampek di bandara badan yang bercampur kringat 3hari berEksperimen dengan kotoran kambing -_- ga tau deh, yang pasti gue langsung cari kamar mandi dan numpang mandi gratis, yang parahnya lagi gue lupa, naroh celana dalam gue yang bermerk GT-boy dimana *(buseettt dah kalo ga ganti bisa garuk garuk seminggu nih. Terpaksa gue pake tu “Aple” gue lagi, Cuma cara pake nya aja yang gue bedain, gue balik aja bagian dalemnya keluar dan bagian luarnya kedalam, ini adalah tehnik terlarang “BACK SIDE” daleman. 
            
            Karna itu masih jam 07:55pm dan keberangkatan pesawat lombok surabaya 12:45am yaudah, gue istirahat sekaligus konfirmasi tiket keberangkatan gue. “mas-mas, mbak yang sama kita tadi mana ya? Kok gada?” aku nanyak nih ke mas rifki yang keberangkatan pesawatnya jam 09:15pm yang kena delay sampai 09:35pm, *(hehe gue sama mas rifki beda tiket, gue pake tiket murah meriah yang berangkatnya pagi-pagi buta. Mas rifki bengong sambil liat handphone, trus dia ngoceh ga jelas gtu. Tiba-tiba dia belom siap ngoceh, eh malah keselek, batuk-batuk sampek sampek ingusnya keluar dari idung dan mental ke layar handphone nya, wkwk gue ngakak, gue kayak ngeliat gitu hidung nya bicara “terimalah tembakan ingusisasi ku wahai handphone jadul, ciaaaatttt” crekkkkkkk. Sumpah deh ya, mas rifki masih batuk aja, gue jongkok sambil ngakak megangin perut gua. Asemm, gue di tegur sama  securiti di situ, gantian mas rifki yang ngejekin dengan mukanya yang masih terlihat bekas ingus terbang di idungnya.
                 
            Pesawat mas rifki dateng, dia pamitan selayaknya manusia yang mau berpisah dengan temannya. Dia nitipin gue ranting kayu yang dia kantongin dari perjalanan di sembalun tadi, “buat apa ni mas?” sambil senyum si kampret jawab “pegang aje, kali aja lu perlu buat nyolok mata tu satpam gate ntar” wkwk kamprettt, gue di suruh nyimpen tu ranting buat nyolok mata satpam yang negur gue tadi. “mas, ati-ati ya, biasanya pesawat yang terbang itu bakal turun mas” dia langsung mikir gitu, sambil masang mukak aneh, tiba tiba “yaelah, ya pesawat pasti turun lah, kalo ga ntar gue turunnya gimana? Terjun payung gtu, pake celana dalem gue yang lu jadiin saringan teh?” “masih inget aje lu mas”. Mas rifki lepas landas, dan gue, kembali sendiri. Dan kesendirian gue di bandara ga setenang yang lu kira, gue di gangguin bencis alias bencong kacang buncis, tamat deh gue. Modus ni bencis, awalnya dia nanyak gate, eh malah duduk samping gue sambil ngelipet kakinya, yang gue pikirin “itu buncis apa ga kejepit ya? Kan kasian ga napas” *(if you know what i mean huehehehe. 

            Udah duduk sok manis gtu, dia nyolek bahu kiri gue, “maaf ya mas, ga sengaja ngapain tas” dengan gaya suara yang di cewe-cewekin gitu, gue mulai ngerih, keringat gue keluar, jagung-jagung bentuknya, trus memucat, kayak mau di perkosa gitu, ketakutan gue muncak pas dia nyolek pinggang gue sambil senyum, idih berakhir masa muda gue *(ampun om bencis, aku ga salah kok om, ampun.  Begitu si bencis lengah, gue langsung kabur sambil nyeret-nyeret tas rangsel gue dengan cekatan. Aman deh gue, sekarang udah gada gangguan lagi. Udah jam 10:40pm gue mulai ngantuk. Gue beli kopi insntan gtu di supermarket biar nunda ngantuk, gue ga mau ketinggalan pesawat, gue seduh, masukin kedalam botol minum gue, trus gue kocok-kocok deh *(jangan ngeres ya mbak bro masbro, yang di kocok Cuma botol minum, bukan yang lain. Berhubung baru di seduh, tu air pasti panas, yaudh deh tutup botol nya gue buka, sambil gue tiupin tuh, berharap dingin, beberapa saat gue jadi aneh ni ngeliat botol “kok panas di tiup gada asepnya ya?, apa mata gue yang udah ngantuk banget? atau memang gada asepnya” pas gue minum, eh tu kopi kok dingin, apa gue yang salah narok air nya atau giamana? Berhubung gue aus dan ngantuk , tu kopi dingin gue embat aja, berharap makin dingin makin melek. Setelah gue mendingan melek, gue samperin deh tu dispenser, gue liat, eh ternayata tu dispenser di supermarket kagak ada colokan nya, busett dah gue ketipu. Sekarang udah 12:20am, pesawat gue udh sampek, *(cie ileh perasaan punya pesawat si donat. Gue bergegas karna pesawat tujuan makasar juga udah landing, karna ada ibu-ibu yang minta tolong gue buat beli in obat anti mabok pesawat, ya berhubung gue juga mau kesupermarket buat beli obat sakit perut *(gue kentut-kentutan karna minum kopi air dingin, mules-mules ga menentu ni, takut aja ntar mencret, terus pas boker di pesawat, tainya kena orang yang dibawah) sekalian gue titipin tas gue. Gue masuk ke gate, cek tiket, jalan, masuk pesawat. Gada yang ganjil sih, sampek gue lepas landas. Efek obat sakit perut, cacing gue berontak. Dan gue ngantuk.
             Gue udah sampek di medan, dan ada cewek yang dateng meluk gue, huehehehe bangganya gue jadi cowo tamvan versi majalah trubust. Dan semua itu berantakan setelah ada yang ngomong, “kecangkan sabuk pengaman anda karena sebentar lagi pesawat akan landas di bandara sutan hasanudin makasar” gue ngimpi indah bro, dan kabar buruk nya, eh makasar ya. WHATTTTTT ngapa gue sampek di makasar??, gue panik, gue mulai noleh kanan noleh kiri, oke gue tenangin diri “donat lu salah denger oke, bentar lagi kita sampek di surabaya untuk pulang. Oke yang tadi itu salah denger” gue masih panik. Pesawat mendarat dengan mulus dan ada getaran pas gue liat mbak-mbak pramugarinya, sambil terniang “apakah ini yang namanya getaran cinta” eh ternyata ni ban pesawat baru nyentuh bumi, salah lagi gue. Gue  turun, ambil tas dan liat peta gps dan ........ (bersambung coeg)

kalau mau tau kisah penderitaan gue, pantengi aja dimari yak. (NEXT PART II)

koloni kata (sebatas teman di punggung)

selamat siang gaes, belakangan ini aku iseng banget buat ngucap 'gaes' mungkin karna faktor dosen yang suka bilang 'gaes' s...